Mukanya kuyu, ada galur² di pipi tembemnya yang terlihat jelas. Sepertinya dia baru menangis. Dia datang di siang yang terik, mengajakku duduk di kafe tak jauh dari tempatnya mengajar. Sambil menyesap es teh, dia berkata, melajang atau ngoyo cari suami?
Mukanya datar dan menunggu jawabanku, tapi aku belum juga berkomentar. Aku masih asyik dengan kue klepon yang alotnya mengalahkan karet ban. Akhirnya kusudahi pertarunganku dengan kue klepon jahanam itu, meneguk es jeruk dan pelan berkata, ikuti saja kata hatimu. Continue reading Telat Nikah Itu Aib?