Hari masih gelap, belum terlihat secarik sinar di kelamnya langit, tapi kenapa perutku mulai merintih lapar. Aku melihat ketiga bocahku terbangun dari tidurnya.

Si sulung turun ke lantai dasar, menuju tempat air dan minum dengan lahapnya. Si tengah tampak sedang asyik bermalas-malasan sambil merentangkan kedua tangan dan kakinya saling berjauhan. Aku tertawa melihatnya, dia tampak seperti guling yang gemuk. Sementara si bungsu melangkah tertatih mendekatiku, meringkuk di pelukku dan menghisap dadaku yang tak lagi lancar mengalirkan susu.

Ya…aku lapar…tak ada banyak susu untukmu anakku :(.

Menunggu si bungsu puas menghisap dadaku, aku turun ke lantai dua, mencoba membuka pintu yang slotnya cukup berat bagi tangan-tangan kecilku. Aku berteriak gaduh, berharap penghuni rumah terbangun dan mendengarkan ocehanku. Sayang, kulihat ruang di balik jendela itu masih gelap, berarti mereka masih tertidur.

Aku tak bisa menunggu mereka, aku putuskan keluar dan mencari sesuap kudapan untukku dan bocahku. Dengan dua tangan aku memegang slot besi panjang, menariknya ke atas dengan sekuat tenaga. Satu, dua, tiga, empat, lima, enam….dan aku bisa membukanya di usaha ketujuh…horeee!

Dengan kemenangan besar aku meloncat keluar, diikuti ketiga bocahku. Bergegas aku menuju ember berisi air bersih dan ketiga bocahku berlari-larian di taman yang masih gelap. Aku mencari sisa-sisa makanan di tong sampah dekat pagar, menerobos pagar, mengais sampah dan membawa beberapa kudapan untukku dan bocahku.

Menjelang subuh itu, kami berpesta pora menikmati segarnya kebebesan pendek ini, dan menunggu si penghuni rumah yang tak kunjung bangun. Aku masih lapar :(….

Note: terinspirasi kucingku Gorky & 3 bocah kecilnya (Domino, Midas, Pablo) yang kabur dari kandang dan setia menunggu kami di depan pintu untuk semangkuk Whiskas :d.